Kita Kumlod

Hai, lama ga bercerita tentang kuliahku. Sekarang aku siap untuk bercerita. Dimanakah Hendra kuliah? wkwk aku kuliah di ITB (Institut Teknologi Bandung). Apakah aku beruntung? Ya aku bisa bilang bahwa aku sangat beruntung.

Aku berasal dari salah satu sekolah negeri di kabupaten yang sangat kecil di tenggara Pulau Bali, Kabupaten Klungkung. Sekolahku tak kalah kecilnya, meski bernama SMA Negeri 1 Semarapura dan menjadi sekolah favorit di kabupatenku, luasnya jauh lebih kecil dari sekolah-sekolah negeri lainnya. Pada saat itu, aku adalah satu-satunya siswa dari sekolahku yang berani memilih ITB sebagai universitas pilihanku saat SNMPTN. Tahun sebelumnya ngga ada kakak tingkatku yang memasukkan nama ITB di pilihannya. Dua tahun sebelumnya, ada seorang siswa dari SMAku yang lolos ke ITB, dan dia adalah kakak sepupuku. Aku lolos, bukan hanya karna aku beruntung, tapi bagiku itu adalah buah kerja kerasku selama 3 tahun di SMA. Kadang aku kesal dengan orang-orang yang mengatakan bahwa mereka yang lolos SNMPTN hanya beruntung, mereka yang lolos melalui SBMPTN adalah orang-orang hebat yang memang pantas mendapatkan bangku di salah satu universitas dan bukan karna keberuntungan melainkan karna perjuangan yang pantang menyerah. Ya aku hanya bisa tertawa, tersenyum kecil, dan berkata dalam hati "Hei tidakkah kalian tau, kami berjuang selama 3 tahun untuk lolos SNMPTN dengan ikut berbagai lomba agar memiliki piagam yang dapat kami adu. Sedangkan mereka mungkin adalah beberapa orang yang terlalu bersantai di masa SMAnya atau memilih pilihan yang peminatnya banyak dimana mereka kalah bersaing, lalu mereka belajar selama sebulan untuk SBMPTN yang syukurnya berhasil meloloskan mereka." Huh.. aku tidak memungkiri mungkin ada beberapa siswa yang beruntung lolos SNMPTN padahal semasa SMAnya bersantai-santai. Aku cuma ngga ingin orang-orang mengeneralisasi dengan pernyataan seperti itu.

Sekapur sirih yang panjang ya hehe. Terus gimana kuliahnya di ITB? Enak, nyaman, tapi susah... banget. Aku baru sadar bahwa kualitas mahasiswa baru (maba) salah satunya dipengaruhi oleh kualitas sekolah (termasuk kualitas pengajar dan fasilitas ajar). Kalian pasti paham kemana arah pembicaraanku. Iya begitulah, tapi aku bersyukur aku memilih universitas yang tepat, yang aku yakini membuatku jauh lebih berkembang dari sebelumnya. TPBku tak berjalan seindah kata kebanyakan orang. IPK TPBku tak melewati 3.5, meskipun pada semester 2 aku mendapatkan predikat Dean's List. Apa itu? Coba cari tau sendiri. Mungkin itu cukup menggambarkan bagaimana kesulitan yang aku alami saat TPB.

Tapi aku ngga mau terpuruk dan berendam di kubangan lumpur terlalu lama. Aku bangkit di jurusan, ya tingkat 2. Aku mendapatkan predikat Dean's List di dua semester (semester 3 dan 4) yang akhirnya membuatku berhasil memeroleh IPK lebih dari 3.5. Pada saat itu juga aku berhasil menduduki 10 besar IPK tertinggi di angkatanku. Sebagian teman angkatanku pernah bercerita bahwa mereka minder (atau malu) kalo temen2 se-SMAnya menanyakan berapa IP mereka saat kuliah. Aku bisa bilang begitulah keadaan di ITB, butuh sebuah perjuangan besar untuk mendapatkan IP di atas 3. Tidak, aku tidak bermaksud mengatakan bahwa di universitas lain selain ITB mudah untuk mendapatkan IP di atas 3. Aku ngga tau karna aku ngga kuliah di sana. Tapi dosenku sendiri mengakui dan mengatakan pada kami, bahwa IPK mahasiswa ITB memang jauh lebih kecil dibandingkan mahasiswa dari universitas lain dan kata beliau kami tidak perlu malu dengan IPK kami, "IPK bukalah segalanya, karena segalanya adalah everything" wkwk receh.

Tingkat 3? Ya aku baru saja melewati tingkat yang katanya paling sibuk dan paling sulit di jurusanku. Banyak praktikum, banyak mata kuliah wajib dengan sks besar. Matkul wajib yang paling banyak mahasiswanya ngulang, dan seterusnyaaaa... Serem pokoknya kalo diceritain wkwk alay yaa. Tapi bener kok. Semester 5 alias tingkat 3 semester 1 bisa dibilang jadi semester paling apes buat angkatanku, ngga semuanya juga sih, ada juga kok yang IPnya tetep 4 :'). Lumbung-lumbung sks dengan nilai A mulai ga jelas yang akhirnya malah menjatuhkan IP kami. Sedih, banyak yang ngulang. Bahkan di salah satu matkul wajib, sebut saja Gelembung, anak jurusan Astronomi yang lulus totalnya 6 orang dari 30 atau 40an mahasiswa Astronomi yang tersebar di 3 kelas. Semoga mereka ngga stres dan patah hati sama Fisika. Tapi alhamdulilah, aku bisa tetep masuk Dean's List meskipun ekspektasi lebih tinggi.Yah tetap bersyukur. IPK stagnan.

Lalu lanjut ke semester 6. Di akhir semester lalu (semester 5), aku bertemu (bukan bertemu sih, mulai deket lebih tepatnya) dengan 3 orang temen sejurusan seangkatan yang agak alay, receh, rempong, tapi ngangenin, sebut saja Si Ndut, Si Kurus, dan Si Kebo. Tebak, julukan buat aku apa? Si Putih? bisa sih, tapi aku gamau sombong aja karna putih. Si Keren? jelas banget keren, tapi lagi-lagi gamau sombong. Si Ganteng? Ah iyaa itu bener, walaupun sebenarnya ngga ganteng-ganteng amat, tapi tetep 1 strip di atas Captain America hahaha. Akhir semester kemarin menjadi sangat membahagiakan bagiku karena mereka. Selama sebulan liburan juga tiap malem hp ngga pernah lepas karena selalu chat-an bareng mereka. Ibu sampai nanyain kenapa kamu senyum-senyum ketawa-ketawa sendiri hehehe. Dari mereka juga aku belajar bagaimana menikmati dan mensyukuri hidup. Terimakasih.

Wkwkwk lanjut ya, jadi awal semester 6, aku ngga berekspektasi banyak, berkaca dari pengalaman di semester 5. Aku mengambil hanya 20 sks, paling sedikit selama 4 semester di jurusan. Aku mulai memilih mata kuliah yang bisa jadi aku suka dan bermanfaat di bidangku buat ke depannya, dan yang paling penting nilainya gak saklek saklek amat! Semester ini berjalan seperti biasa sih, banyak tugas banyak tanggung jawab banyak stress nya, gak pernah olahraga wkwk, tapi yang membuat semester ini beda adalah aku menjadi lebih teratur, sebagian besar jadwalku berjalan sesuai rencana, nggak banyak deadline yang buat pusing, dan semester ini menjadi lebih bahagia dari semester2 yang lalu karena Si Ndut, Si Kurus, dan Si Kebo. Ohya, kita juga akhirnya punya grup resmi sejak semester ini wkwk. Awalnya bingung mau kasi nama grup apa, mulai dari Si Ndut yang buat "Kebo Always", trus Si Kurus yang ganti jadi "Hasto Ganteng" trus Si Ndut ngubah lagi jadi "Turu Kabeh", dan Si Kurus menutup dengan nama super yang akhirnya dipake sampai sekarang "IP Cumlaude".

Tiap hari, grup ga pernah sepi, ada aja yang nyampah, hahaha. Tapi kita ga lupa kok sama kewajiban kita, kita tetep belajar, grup juga sering digunain buat diskusi PR atau materi kuliah meskipun lebih banyak ngomongin topik-topik ngga jelasnya hehe. Ya setidaknya grup nya berguna gitu biar kita ngga stres hahaha. Kita juga (aku sih lebih tepatnya) jadi agak hedon semester ini karena sering makan bareng dan jalan-jalan bareng buat sekedar refreshing. Sampai akhirnya di penghujung semester, nilai-nilai mulai bermunculan. Entah kenapa, untuk kita bertiga (kecuali Ndut) indeks pertama dibuka dengan B dan AB. Semua jadi agak pesimis dan pasrah sambil ngomong, "IP aku lebih gede dari IPK sekarang aja udah syukur banget". Tapi entah kenapa ketika kita ngga berharap banyak dan cenderung pasrah, malah nilai2 tersisa jadi jauh melebihi ekspektasi. Ambil contoh aku sendiri, mulai dari nilai Radioterapi, Ekonofisika, Eksperimen Fisika, sampai yang terakhir Elektrofisiologi dan Bioenergetika. Dan yang paling buat bahagia adalah jreng jreng, anggota grup "IP Cumlaude" Si Ndut, Si Kurus, Si Kebo, dan Si Ganteng ipnya kumlod semuaa horreee. Entahlah, nama grup kita membawa berkah. Sangat bersyukur untuk semester ini. Semoga kami ngga cepet puas dan tetep rendah hati. Semoga hasil semester ini jadi motivasi buat dapet IP yang lebih baik di 2 semester tersisa. Semangat dan makasih teman-temanku. I Love You to The Moon and Back!












Tokoh-tokoh dalam postingan ini:
Si Ndut: Prasiwi Handari Jati
Si Kurus: Hasto Arief Narendra
Si Kebo: Qoniti Amalia

Fermionku Sahabatku

Dulu aku pernah berkata pada teman-teman SMAku, inki, umarista, gus nanda, banyak lagi.. bahwa susah mendapatkan teman-teman seperti mereka di bangku kuliah. Entahlah, disini aku sulit membedakan mana yang hanya sekadar membangun relasi, mana yang ingin berteman dekat denganku. Ya sejujurnya aku tak pernah memikirkan untuk membangun relasi karna menurutku dengan berteman otomatis relasi itu akan muncul dengan sendirinya. Bingung ya relasi sama temen, yaudah lupain aja.

Pada akhirnya juga, di bangku kuliah ini aku belajar untuk berhenti mengkotak-kotakkan teman-temanku mana yang masuk kategori sahabat, teman dekat, teman main, atau yang lainnya. Ya memang awalnya aku juga ngga pernah mengkotak-kotakkan teman-temanku untuk kategori ini itu. Kata hasto, "Apasih bedanya semua itu, sama aja". Aku memilih setuju dengan pernyataannya yang hingga kini aku pegang dengan teguh.

Seseorang pernah berkata padaku, bahwa jika aku menganggap si A sahabatku, maka perlakukanlah dia lebih dari si B yang hanya teman mainku. Selain itu aku juga pernah dicerca dengan berbagai definisi sahabat oleh banyak orang, bukan dicerca sih gimana ya bilangnya hehe. Ya lagi-lagi aku memilih cuek dengan semua itu. Ya cukup aku mengatakan mereka semua temanku. Mereka juga nggak perlu tau siapa mereka bagi diriku dan sungguh aku juga tak berniat mencari tau siapa aku menurut mereka. Dan aku bebas memilih memperlakukan mereka sesuai keinginanku. Biarkanlah segalanya berjalan apa adanya. Bukankah akan lebih indah bila semuanya terjadi secara natural?

Lalu apa yang ingin aku ceritakan sekarang? Aku bertemu dengan beberapa teman yang kini menjadi dekat denganku, merekalah yang paling sering bersamaku, melakukan segala aktivitas kuliah yang padat dan melelahkan, berbagi PR, belajar bersama, makan bareng, jalan-jalan bareng, teman curhat, masih banyak lagi yang mungkin suatu saat akan sangat aku rindukan. Merekalah bagian dari Fermion (nama angkatanku Fisika ITB 2013) yang begitu berarti untukku. Apakah mereka sahabatku? atau teman dekatku? atau mungkin teman mainku? Entahlah, biarkan waktu yang menjawab semua pertanyaan itu, #gils.

Terimakasih Hasto, Prasiwi, Qoniti, Idha, Giffani, Naomi, dan Vania.

Hikayat Kampus Gajah

Ada sebuah cerita dari negeri para gajah. Alkisah, di sana terdapat sebuah sekolah gajah paling megah di seluruh penjuru negeri. Banyak sekali gajah yang berjalan jauh demi bersekolah di kampus impian tersebut. Kampus Gajah namanya.Pada suatu hari, akan tiba saatnya Kampus Gajah melahirkan anak-anak didiknya yang sudah selesai menempuh studi di kampus prestius itu. Hari Lahir Sang Gajah, itulah cara mereka menyebut hari wisuda di Negeri Gajah. Hari di mana Kampus Gajah akan melepas para gajah yang terdidik untuk kembali ke hutan belantara yang konon sulit dipecahkan dengan teoritika dan segala macam tetek bengek bangku kampus yang penuh hitungan rumus. Namun, urusan ini menjadi sangat memprihatinkan. Beberapa tahun belakangan ini, banyak sekali gajah yang merasa tidak sanggup, bahkan sejak jauh-jauh hari sebelum kelulusannya, untuk kembali ke hutan belantara.Hari Lahir Sang Gajah tak lagi penuh suka cita. Penduduk belantara begitu rindu kehadiran gajah di tengah-tengah mereka untuk mengusir rasa takut dari serbuan harimau atau musuh-musuh predator lain, tapi para gajah justru...Para gajah justru berlomba-lomba mendaftarkan diri ke kebun binatang. Rela menjadi hewan peliharaan kebun binatang sehingga semuanya terjamin. Makanan, kesehatan, dan segala hal yang diinginkan gajah selain satu hal, kebebasan.Ada pula gajah yang malah berlomba mendaftar menjadi gajah sirkus. Rela diperas tenaganya demi mengenyangkan perut para bosnya. Yang penting hidupnya aman, makanan aman, kesehatan aman, asal si gajah tidak melawan ketika diperintahkan. Dan sekian ribu gajah yang dilahirkan oleh Kampus Gajah, bisa dihitung jari jumlahnya yang mampu bertahan di belantara. Sedikit dari mereka yang kemudian menjadi kawan dekat para penghuni hutan yang lain. Mereka adalah gajah yang kemudian menjadi pelindung hutan.Beberapa gajah mati dalam perjuangannya di belantara. Namun semua tahu, sang gajah mati terhormat. İtu pengakhiran yang baik, bukan?Walaupun hidup di hutan belantara yang penuh ketidakpastian, hujan lebat, dan yang lain, paling tidak kehadiran gajah membuat para penjarah semakin sulit menebang pohon. Hal ini membuat para monyet begitu bergembira.Mereka selalu senang hati memetikkan buah pisang untuk sarapan pagi sang gajah. Para burung dengan riangnya mematuki kutu di tubuh gajah ketika merumput. Sebuah keharmonisan yang utuh. Sang Macan tak akan berani mendekat, butuh kekuatan lebih untuk menaklukan binatang yang ukurannya beberapa kali ukuran tubuhnya itu. Lebih dari itu, semua warga belantara tahu, gajah tidak makan daging. İtulah rasa aman yang membuat warga belantara begitu percaya kepadanya. Minggu depan adalah Hari Lahir Sang Gajah. Kampus Gajah telah menyiapkan pesta yang besar, tetapi warga belantara cemas tidak karuan. Beberapa tahun terakhir ini, tidak ada lagi gajah yang kembali ke hutan.Sementara di hari yang tak jauh itu, kebun binatang dan opera sirkus membuka lowongan besar-besaran dan penawaran menarik kepada para gajah yang akan lahir. Dengan iming-iming kesejahteraan dan keterjaminan hidup, mereka berusaha merekrut para gajah untuk menjadi mesin uang yang paling cerdas.Hari ini aku masih menjadi gajah kecil. Gading kecilku patah sebelah kanan, hadiah masa kecil atas sebuah kesalahan, tak sanggup menyelamatkan kawan kancilku yang diterkam singa. Aku seperti terbawa arus. Aku ingin sekali kembali ke belantara, atau jadi gajah sirkus?

Real Post by : Kurniawan Gunadi, dalam Hujan Matahari
Repost by : Hen_dr@

Academia dot edu

Haloo... Lama tak berkabar. Sebenarnya lagi males nulis juga, gara-gara lihat akun di Academia jadi pengen ngepost sesuatu. Sekitar 3 bulan yang lalu aku gk sengaja nemu artikel di Academia untuk donlotnya perlu buat akun gitu #seingetku. Setelah berhasil donlot, akunnya mau diapain? Nah, lalu aku iseng aja ngepost karya-karyaku dan temen-temen sewaktu SMA, diantaranya karya tulis ilmiah yang aku buat untuk LKTI, ada juga tugas-tugas mata pelajaran bahasa. Kagetnya keesokan harinya sudah ada 80 documents views! Aku sangat senang dan bangga. Karya-karya kami bisa muncul di google dan dibaca oleh puluhan, ratusan, bahkan ribuan pasang mata. Lebih bahagia lagi, setelah 3 bulan sejak pembuatan akun itu sudah lebih dari 3000 documents views dan aku kini mempunyai tak kurang 96 followers di Academia. Itu menandakan bahwa mereka menantikan karya-karyaku di masa yang akan datang. Sayangnya akhir-akhir ini karena kesibukan kuliah dan unit, aku kurang produktif untuk menulis. Tapi aku akan terus berusaha untuk meluangkan waktu, melatih kemampuanku menulis, belajar mengembangkan wawasan dengan mengkritisi masalah lalu menuangkannya lewat tulisan! Keep writing!

Ohya ini aku lampirkan bukti-bukti yang aku katakan di atas hehehe #sombongceritanya.







Sebagai penutup, post ini aku persembahkan untuk sahabat-sahabatku yang ikut berjasa melahirkan tulisan-tulisan tersebut. Ida Bagus Ananda Bramana Putra, Ni Putu Eka Umarista Apriliani, Ida Ayu Mas Sasmari Brahmani, dan Pande Mirah Dwi Anggreni. Semoga sukses kuliahnya kawan-kawanku, semoga semakin produktif menghasilkan karya-karya yang berguna bagi Nusa dan Bangsa. Semangat!!!

Aku dan Lego

Selamat pagi, selamat berakhir pekan.
sudah lama gk ngepost nih, baru berniat ngepost karna Senin libur, wkwkwk. Hari Raya Nyepi, horeeeee!!! Rahajeng Rahina Nyepi semeton sareng sami. Sayangnya aku gk bisa nyepi bareng keluarga di Bali. Nasib jadi anak perantauan, hehe.

Di postku kali ini aku pengen berbagi pengalaman dan cerita unik tentang lego. Temen-temen udah tau kan lego itu apa? Dulu sih pertama kali denger pasti kepikiran robot-robot untuk mainan anak-anak. Bener sih, tapi anehnya aku baru bisa mainin lego semenjak kuliah (udah mahasiswa) Artinya??? ya artinya lego bukan hanya permainan untuk anak-anak, mahasiswa pun masih bisa mainin (tergantung jenis dan versi lego). Lego yang aku dpt di ITB itu jenis Lego Mindstroms EV3 Education. Beruntung banget bisa satu cluster sama anak STEI, jadi punya kesempatan untuk bermain-main sama robot ini. Ohya, katanya sih harga satu perangkat robot ini 12 juta rupiah! jadi kalo ada beberapa bahan yang hilang ganti rugi 1 juta per kelompok. Yah jadi satu perangkat lego ini untuk satu kelompok, bukan orang perorangan. Gila aja ITB mau kucurin dana 12 juta untuk mahasiswa yang jumlahnya lebih dari 600 (cluster FMIPA dan STEI), hahahaha.

Intinya di kuliah Lego ini (masuk kategori Kuliah Umum Pengantar Rekayasa Desain atau KU PRD, 2 SKS), tiap kelompok itu disuruh menyelesaikan project-project yang diberikan tim panitia. Selanjutnya buat tuh videonya, untuk nunjukin kalo robot yang kita buat udah bisa nyelesaiin projectnya. Sampai saat ini, kelompokku udah nyelesaiin 3 project. Apa aja? Make it move, make it smarter, dan core set model. Aku sangat bangga dan bersyukur dengan kelompokku yang solid dan punya pembagian tugas yang baik, sehingga robotnya bisa selesai sebelum deadline. Semoga project2 mendatang, bisa kami selesaikan dengan baik. Oke, di bawah ini video2 yang sudah kami buat dengan sungguh-sungguh dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. SALAM HANGAT PENUH SEMANGAT!

"Make It Move"

"Make It Smarter"

"Core Set Model"

Postingan Lama

-Hen_dr@-

BaliBlogger

Recent Comments